Makalah ilmu dakwah:faktor hidayah dalam dakwah
MAKALAH
Ilmu Dakwah
FAKTOR HIDAYAH DALAM
DAKWAH
Dosen Pengampu : M.Bisri Mustofa,M.Kom

OLEH
:
KELOMPOK 8
1. DIMAS ALI MAS’UD (1841010367)
2.
PEBRI SAPUTRA (1841010335)
3.
PUTRI PUSPITA SARI (1841010364)
4.
YUNITA FIRDAYANTI (1841010368)
KELAS : E
SEMESTER : 1
Fakultas
Dakwah dan Ilmukomunikasi, Jurusan
Komunikasi Penyiaran Islam(Kpi)
Universitas
Islam Negri (Uin) Bandar Lampung Jl. Letnan Kolonel H. Endro Suratmin, Sukarame
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita
semua sebagai insan yang senantiasa ingin menyempurnakan budi pekerti dalam
mencapai derajat yang tinggi disisi-Nya, karna dengan limpahan rahmad dan
hidahyah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “faktor hidayah dalam dakwah”, untuk
memenuhi kebutuhan mata kuliah Ilmu
Dakwah.
Kami mengucapkan banyak terimakasih
kepada al Mukarram Muh. M.Bisri Mustofa,M.kom. Selaku dosen pembimbing mata
kuliah Ilmu Dakwah, yang sangat membantu dan memberikan bimbingan, sehingga
makalah ini tersusun.
Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan
dan perlu penyempurnaan lagi. Untuk itu, kami sangat mengharapkan bantuan
kritik dan saran dari semua pihak untuk menyempurnakan makalah ini
Bandar Lampung, 24 september
2018
penyusun
DAFTAR
ISI
Halaman
Judul............................................................................................. 1
Kata
Pengantar............................................................................................. 2
Daftar
Isi...................................................................................................... 3
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar
belakang.................................................................................. 4
B. Rumusan
masalah............................................................................. 4
C. Tujuan
............................................................................................. 5
BAB
II PEMBAHASAN
A. mukadimah....................................................................................... 6
B. faktor hidayah dalam sistem dakwah ............................................. 7
C. motivasi
terhadap tingkah laku dalam proses dakwah.................... 13
D. Motivatif.......................................................................................... 15
E. Balasan besar bagi orang yang berdakwah...................................... 16
F. Asbabun Nuzul............................................................................... 16
BAB
III PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................... 19
DAFTAR
PUSTAKA................................................................................. 20
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dalam kehidupan inji tidak sedikitpun
manusia yang akan terlepaskan dari satu bentuk kata hidayah dan dhalalah.
Hidayah yang artinya adalah petunjuk sedangkan dhalalah sendiri adalah
kesesatan atau penyesatan. Hidayah sudah sering terdengar oleh semua kalangan
umat islam. Tidak terkecuali remaja masa kini. Disamping itu masih banyak dari
kalangan umat islam yang belum memahami secara pasti hidayah itu sendiri dan
bagaimana cara memperolehnya.
Hingga sering kali kita mendengar temen
ataupun kerabat kita yang sedang larut dengan kemaksiatan, dan ditanya oleh
saudaranya mengapa tidak bertaubat? mengapa prilakumu masih seperti ini?.
Jawaban yang mereka lontarkan sangatlah mudah “masih belum mendapat hidayah”.
Jawaban ini seolah-olah mengatakan bahwa hidayah itu hak milik Tuhan yang
diperuntukan kepada siapapun hambanya, baik hamba itu ahli ibadah, maupun ahli
maksiat. Mereka beranggapan yang memberikan meraka petunjuk itu adalah Allah,
tanpa harus ia merubah sikapnya.
B.Rumusan
Masalah
1. Apa
saja faktor hidayah dalam sistem dakwah?
2. Apa
arti hidayah dan macam-macamnya?
3. Sebutkan
hidayah yang termasuk dalam berbagai kasus konversi agama?
4. Apa
hidayah dan ikhtiar dakwah itu?
C.
Tujuan
1. Untuk
mengetahaui apa saja faktor hidayah dalam sistem dakwah.
2. Agar
dapat mengetahui apa itu arti hidayah dan macam-macamnya.
3. Agar
mengetahui hidayah apa sajakah yg dikatagorikan sebagai hidayah kasus koversi
agama.
4. Untuk
mengetahui apa hidayah dan ikhtiar itu.
BAB II PEMBAHASAN
A.
MUKADIMAH
Sungguh beruntung manusia yang mendapat anugrah dari Allah, berupa hidayah iman dan Islam. Islam adalah satu-satunya agama yang diridhai oleh Allah. Alquran menyebutkanSurat Ali 'Imran Ayat 19
إنك لا تهدي من أحببت ولكن الله يهدي من يشاء وهو أعلم بالمهتدين
Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu
kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan
Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.(Q.S. Qashash
:56)
Dalam Surat Allah telah menyatakan, bahwa satu-satunya agama
yang diterima di sisi-Nya hanyalah Islam. Isla adalah satu-satunya jalan yang
dapat mengantarkan umat manusia menuju Tuhannya.
Syariat para nabi dan
rasul bisa saja berubah, entah karena pergeseran waktu, perkembanga jaman,
Namun, hakikat agama yang mereka bahwa hanyalah satu, yakni Islam. Di sini
perlu kami jelaskan, bahwa maksud agama itu sendiri pada dasarnya ada 2 (dua)
perkara:
1.
Menyucikan jiwa dan
akal dari kepercayaan akan adanya sebuah kekuatan gaib, yang mengatur dan
menguasai jagad raya itu, yaitu keimanan kepada Allah Rabbul masyriq wal
maghrib, membaktikan diri, dengan senantiasa menyembah dan beribadah
kepada-Nya.
2.
Membersihkan hati dan
meluruskan tujuan dalam segala gerak dan upaya, serta niat yang ikhlas untuk
Allah semata.
B. FAKTOR
HIDAYAH DALAM SISTEM DAKWAH
Pada tanggal 16 januari 1885, Snouck
Hurgronje, orientalitas dari belanda. Islamnya hurgronje diperdebatkan banyak
kalangan. Pandangan ini didasarkan pada penuturan Snouck Hurgronje sendiri
dalam surat pribadinya yang ditunjukan kepada Noldeke. Menurut pendapat ini,
Hurgronje sehari-hari sebagai muslim yang menjalankan shalat, puasa, dikhitan,
dan menjadi penentu dari ulama di jawa barat. Karena kecerdasan keagamaannya
dan pembelaannya terhadaap islam, Hurgronje mempeoleh julukan sebagai mufti Batavia, bahkan syaikh al-Islam Hindia Belanda (Abdul
Djamil, 1995:58).
Snouck Hurgronje dikenal orientalis
ahli ilmu hadis dan hukum islam. Kita menjumpai banyak orientalis yang ahli
tentang islam, antara lain: Ignaz Goldziher, Joseph Schacht, A.J. Wensick, dan
G.H.A. Juynboll. Kita dapat membadingkan para orientalis tersebut dengan M.
Alexander R. Webb, Hamilton, M. Aman Hobohm-untuk-menyebut beberapa-yang telah
mendalami Islam lalu menjadi muslim.
1. Arti
Hidayah dan Macam-Macamnya
Kata “hidayah”
atau kata “al-huda” berakar dari tiga
huruf asal, yaitu ha’, dal, dan ya’. Dari akar kata ini juga lahir kata “hadiyah” dalam arti “batu besar yang
terdapat di laut atau sungai dan yang digunakan sebagai rambu guna menghindari
bahaya”. Selain itu, ia juga dapat berarti “siang hari bolong” (M. Quraish
Shihab, 2002: XXV: 275).
Dalam penggunaan istilah agama, hidayah telah
didefinisikan oleh banyak ahli
a. Rasyid
Ridha dalam Endang Saifuddin Anshori (1986:56)
Membuat definisi hidayah
sebagai petunjuk hales yang memudahkan sesuatu sampai pada tujuan.
b. Ahmad
Mushthofa al-Maraghi (1953, XIX: 73)
“Hidayah
bisa berarti ajakan dan pemberian petunjuk kepada jalan
kebaikan seperti
yang dilakukan Rasulullah kepada umatnya berdasarkan ketetapan Allah kepadanya,
sebagaimana firmannya, “Dan sesungguhnya engkau memberi petunjuk kepada jalan
yang lurus” (QS. Asy Syura: 52). Bisa juga berarti petunjuk “taufiq” yang membuka hati seseorang
dengan nur-Nya, sehingga dengan demikian hati seseorang bisa hidup, seperti
dalam firman-Nya: “Dan apakah orang yang sudah mati (hatinya) kemudian dia kami
hidupkan dan kami berikan hidayah....” (QS. al-An’am:122).”
c. Ibnu
Katsir (1997: 1: 37)
Mengartikan hidayah dengan memberi petunjuk
(al-irsyad) dan memberi pertolongan (al-taufiq) lebih lanjut ia menjelaskan
hidayah Allah secara lebih detail.
d. Maulana
Muhammad Ali (1986: 5)
Dalam tafsir The Holy Qur’an mengatakan bahwa hidayah tidak hanya berarti
menujukan jalan, melainkan berarti pula memimpin manusia pada jalan yang benar,
sehingga meraka mencapai tujuan. Untuk itu manusia harus berusaha mencari penerangan
dari AllAh SWT.
e. M.
Quraish Shihab (2002: 1: 63)
Melihat makna hidayah juga dari rangkaian
kalimatnya. Dengan demikian , hidayah dalam arti ini adalah petunjuk informatif
bagi orang-orang yang tersesat. Maka ia berarti yang diberi petunjuk telah
mengetahui jalan yang benar, sehingga ia masih diberi pentunjuk yang lebih agar
sampai kepada tujuannya.
Pendapat-pendapat para ahli tafsir
diatas dapat dirangkum dalam dua pengertian hidayah. Pertama, hidayah sebagai petunjuk informatif, yaitu memberikan
pemahaman tentang pesan islam. Kedua,
hidayah sebagai petunjuk pembinaan.
Dalam konteks dakwah, hidayah dalam makna
pertama merupakan target utama. Pendakwah hanya memberikan pemahaman yang
relevan dengan kondisi dan kebutuhan mitra dakwahnya. Dalam hal ini pendakwah
bisa melakukannya, hampir tanpa interfensi Allah SWT.
Untuk lebih mudah memahami hidayah
Allah SWT, kita perlu menelaah macam-macam hidayah. Wahbah al Zuhaily (1991:
53) membagi macam-macam hidayah sebagai berikut.
“Ada dua macam hidayah dalam
AL-Qur’an yaitu hidayah umum dan hidayah khusus. Hidayah umum adalah hidayah
seperti dalam firman Allah “... dan Kami
telah menunjukan dua jalan” (QS. al-Balad: 9). Sedangkan hidayah khusus
adalah seperti yang terdapat dalam firman Allah “Tunjuki kami jalan yang lurus” (QS. Al-fatihah: 6).
Lebih rinci lagi al-Maraghi (1953,
I: 35-36) membagi hidayah Allah kedalam lima macam yaitu:
a. Hidayah
ilham (hidayah al-ilham)
Hidayah
jenis ini terbentuk sejak kita dilahirkan. Misalnya, bila dalam keadaan lapar,
kita segera mencari makanan. Ulama ‘lain menyebut hidayah ini dengan hidayah gharizah (insting).
b. Hidayah
panca indra (hidayah al-hawas)
Selain
dorongan insting, kita juga dituntun Allah SWT. Indra mata umpamanya berfungsi
antara lain memberi petunjuk jalan yang lurus dan bengkok (QS. al-Balad: 8-10)
misalnya kita baru tahu dari penglihatan kita bahwa bahaya tersebut adalah
ancaman binatang buas. Ada juga yang menyebut hidayah ini dengan hidayah masya’ir.
c.
Hidayah akal (hidayah al-‘aql)
Karena
akal kita sehat, kita berbeda dengan binatang. Hidayah ketiga ini lebih tinggi
nilainya dari pada hidayah-hidayah sebelumnya. Hidayah ini hanya diberikan
kepada manusia.
d.
Hidayah agama dan
syari’at (hiyah al-adyan wa al-syarai”).
Akal
kita terbatas dalam berfikir tentang makna hidup. Bila manusia menggunakan
akalnya untuk berfikir lebih jauh tentang penguasa alam smesta, ia akan
menemukan hanya satu Tuhan.
e.
Hidayah pertolongan (hidayah al-ma’unah wa al-taufiq).
Hidayah ini mutlak hak
milik Allah SWT.. Tak satupun makhluk bisa memberikan hidayah ini (wa hadzih al-hidayh khashshah bih subhanah
lam yamnahha ahadan min khalqih). Tidak sedikit umat islam yang mengetahui
kewajiban shalat dan tata caranya, namun tidak banyak yang ditolong Allah SWT,
untuk melaksanakannya.
Untuk
mengetahui proses pencapaian hidayah taufik, para ulama memberikan komentar yang
variatif. Al-Juwaini (1995: 105) mengatakan: “pertolongan Allah (taufiq)
diberikan sesuai dengan tingkat ketaatan (seseorang) dan kehinaan diri
(al-khad-lan) diberiakan sesuai dengan tingkat kemaksiatan. Karenanya,
seseorang yang diberi taufik tidak akan melakukan pelanggaran agama karena
tidak ada kekuatan ke arah itu”.
Sepadan dengan pendapat al-Juawaini,
Ibnu Qayyim al-Jaujiyah (1993: 66) mengatakan bahwa Allah SWT. Mengaitkan
hidayah dengan kesungguhan (jihad) hamba-Nya. Manusia yang paling sempurna
hidayahnya adalah orang yang paling besar kesungguhannya. Kesungguhan yang
lebih diwajibkan adalah kesungguhan melawan egois (jihad al-nafs), kesungguhan
melawan hawa nafsu (jihad al-hawa), kesungguhan melawan setan (jihad
al-syaithan), dan kesungguhan melawan dunia (jihad al-dunya). Maka ia akan
ditunjukan oleh Allah SWT. Kepada jalan surga. Allah SWT berfirman:
وَالَّذِينَجَاهَدُوافِينَالَنَهْدِيَنَّهُمْسُبُلَنَاۚوَإِنَّاللَّهَلَمَعَالْمُحْسِنِينَ
Dan orang-orang yang
berjihad (bersungguh-sungguh) untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan
kami tunjukan kepada mereka jalan-jalan kami. Dan sesungguhnya Allah
benar-benar beserta orang orang yang berbuat baik (QS. al-Ankabut: 69)
Banyak ayat Al-Qur’an yang menjelaskan bahwa
segala petunjuk dan kesesatan merupakan kehendak Allah SWT. Setiap manusia yang
bersungguh-sungguh untuk berubah menjadi baik dan selalu memohon pertolongan
Allah SWT. (Adm al-karim al-baghdadi, 1990: 248-249). Allah SWT, telah
menentukan dua jalan, yaitu jalan yang benar dan jalan yang salah (sesat).
Dakwah hanya mengubah pemahaman yang salah kepada yang benar. Dakwah juga
mewujudkan perubahan dari lingkungan yang salah menjadi lingkungan yang salah
menjadi lingkungan yang benar setelah itu, mitra dakwah sesudah memahami pesan
dakwah dari kebebasan untuk mengikuti islam atau meninggalkannya.
Dengan
mengetahui peranan hidayah dalam islam, kita dapat memahami makna kebebasan
dalam dakwah. Pendakwah mendorong mitra dakwah melalui kreasi pesan dekwah (al-da’wah bi al-maqal wa al-kitabah) dan
kreasi lingkungan (al-da’wah bi al-hal)tanpa
ada pikiran yang baik pada islam, sulit hidayah Allah SWT. Menembus dalam
sanubari mereka. Kita diingatkan Allah SWT. “Sesungguhnya
orang-orang kafir, sama saja bagi mereka. Kamu beri peringatan atau tidak kamu
beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman”. (QS. al-Baqarah:6).
“Sama saja bagi mereka, kamu mintakan ampunan
atau tidak kamu mintakan ampunan bagi meraka. Sesungguhnya Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (QS. al-Munafiqun: 6)
Seorang sahabat Nabi SAW., ‘Amr bin ‘Abasah
al-Salami ia mendapatkan pesan dakwah yang mengesankan (kreasi pesan dakwah).
Ia mengesahkan keislamannya sebagai berikut.
“Pada masa Jahiliah, aku benci dengan tuhan
tuhan kaumku. Aku pikir, itu adalah tuhan yang salah. Penyembahan mereka pada
batu-batu tidak memberikan kerugian dan keuntungan (Muslim, 1988: 1: 366: nomer
822)
2. Hidayah
dalam Berbagai Kasus Koversi Agama
Koversi agama tidak hanya terjadi pada
Snouk Hurgrounje sebegai mna dijelaskan sebelumnya. Konversi bisa berupa
perpindahan seseorang dan satu agama ke agama lain atau perubahan sikap dan
perilaku keagamaan dalam satu agama.
Hasan Al-Bashri (w. 642 H), Ibrahim bin
Adham (w. 782 H), dan beberapa sufi lainnya adalah contoh orang-orang muslim
yang mengalami konversi dengan hidayah Allah SWT. Dari sikap cinta kemewahan
hidup berubah seoenuhnya meninggalkan kemewahan tersebut sejarah dakwah islam
dijaman Nabi Muhammad SAW. Antara lain dialami oleh Khadijah binti Khauwailid,
istri nabi Muhammad SAW. (golongan wanita), Ali bin Abi Thalib (golongan anak-anak),
dan Abu bakar As Shiddiq (golongan remaja) (Haikal, 1974: 92-93)
Hidayah agama kadang kala bisa
dijelaskan secara rasional dan kadang kala irasional. Bahkan kadang-kadang
orang yang menerima hidayah sendiri tidak bisa menjelaskan secara logis. Beberapa
kasus konversi berikut (Robithah Alam islami, 1979: 42-124) menarik untuk
dipelajari dari perspektif hidayah:
Prof
dr. Abdul Ahmad Dawud B. D. bekas pendeta pada David Bangamni. Kaidani, Iran,
menjelaskan proses konversinya sebagai berikut: “Saya tidak bisa menghubungkan
sebab-sebab saya masuk islam, kecuali pada petunjuk Allah Rabbul Alamin.
a. Mantan
pendeta gereja Iran, Sir Charles Edward Archibald Watkin Hamilton, negerawan
Inggris yang berganti nama Sir Abdullah Archibald Hamilton setelah menjadi muslim
menjelaskan konversinya lebih rasional: “Islam itu adalah agama yang memberikan
kekuatan kepada orang-orang yang lemah dan memberikan rasa kecukupan kepada
orang-orang miskin.
b. Moh.
Alexander Rusel Wabb, diplomat, pengarang dan wartawan. Menjelaskan bahwa
hidayah Allah SWT “Saya masuk islam bukan hasil pemikiran dan perasaan yang
salah, bukan turut-turutan buta dan emosi. Akan tetapi adalah hasil penelitian
dan pelajaran yang sungguh-sungguh, jujur, tekun dan bebas serta keinginan yang
sungguh-sungguh untuk mengetahahui kebenaran.
3. Hidayah
dan Ikhtiar Dakwah
Dakwah dengan berbagai komponennya merupakan ikhtiar
manusia untuk memberikan pemahaman tentang ajaran Islam. Menurut kaidah umum,
jika suatu usaha untuk mencapai suatu tujuan dengan menggunakan pendekatan dan
metode yang tepat, maka tujuan itu akan tercapai.
Dari lima macam hidayah yang dikemukakan
oleh Syekh Ahmad Mustafa Al-Maraghi bahwa dengan hidayah ilham (insting), hidayah hawas (pancaindra), hidayah aqli
(akal). Oleh karena itu, Allah menurunkan para rasul dan memberikan hidayah
yaitu hidayah agama dan syari’at (hidayah
al-adyan wa al-syara’i).
Pendakwah
hanya bertugas menyapaikan ajaran Allah SWT. Allah SWT berfirman: “Kemudian
jika mereka mendebat kamu (tentang kebenaran Islam), maka katakanlah: “Aku
menyerahkan diriku kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang
mengikutiku”. Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Alkitab dan
kepada orang-orang yang ummi: ”Apakah kamu (mau) masuk Islam”. Jika mereka
masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka
berpaling, maka kewajiban kamu hanya menyampaikan (ayat-ayat Allah). Dan Allah
Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya (QS. Ali Imran: 20)
Pendakwah tidak boleh serta merta
mengatakan bahwa kegagalan itu disebabkan Allah SWT.’(QS. ar-Ra’d’11).
Menurut teri komunikasi, apabila
komunikator (pendakwah) tidak berhasil mencapai sasaran atau tujuan yang telah
direncanakan, maka komunikan (mitra dakwah) tidak dapat disalahkan.[1]
C. Motivasi Terhadap Tingkah Laku Dalam
Proses Dakwah
Motto:
”Permudahkankah Dan Jangan Kamu Persulit,Gembirakanlah Dan Jangan
Kamu Mengatakan Sesuatu Yang Menyebabkan Ia Lari Dari Padamu”. ( Hadits )
Pesan ini mengandung nilai motivatif dan persuasif terhadap orang lain tentang kebenaran yang
disampaikan padanya.
Hubert bonner menyatakan bahwa motivasi adalah secara fundamental
bersifat dinamis yang melukiskan ciri-ciri tingkah laku manusia yang terarah
kepada tujuan. Dalam motivasi ini terkandung suatu dorongan dinamis yang
mendasari segala tingkah laku individual manusia.
Bilamana terdapat rintangan-rintangan yang menghalangi pencapaian
tujuan yang diinginkan, dengan motivasi itu seseorang melipatgandakan usahanya
untuk mengatasinya dan berusaha mencapai tujuan itu. Ia merasa terdorong untuk
itu sampai ia berhasil atau gagal mencapainya, ia tetap berusaha untuk mencapai
tujuannya.
Motivasi ini merupakan tenaga kejiwaan yang dapat membangkitkan
manusia dalam perjuangan hidupnya.
Para ahli psikologi memberikan pengertian sebagai berikut:
a.
Sigmund freud
mengartikan dorongan insting untuk hidup mendorongnya untuk mencintai dan
mencipta, sedang dorongan insting untuk mati mendorong manusia untuk membenci
dan menghancurkan. Dengan pengertian tersebut maka motivasi diartikan sebagai
“dorongan naluriah” baik bersifat negatif maupun positif,baik bersifat
kostruktif maupun destruktif.
b.
Fillmore H.
sandford mengartikan suatu kondisi yang menggerakkkan suatu makhluk yang
mengarahkannya kepada suatu tujuan beberapa tujuan dari tingkat tertentu.
Menurut H.bonner, dorongan yang
disebut motive itu menjadi penentu bagi tingkah laku manusia dalam dua cara
yakni:
1.
Ia menjadi
pengubah dan penyalur drive karena adanya harapan masyarakat.
2.
Ia merupakan
kebutuhan sekunder untuk mencapai tujuan yang ditetapkan secara kultural dan
secara individual.
Pengaruh motivasi terhadap perilaku manusia antara lain:
c.
Menurut Floyd
L. ruch, motivasi itu sangat kompleks dan dapat mempengaruhi perilaku manusia
dalam 3 cara yakni:
a.Motive dapat memungkinkan pola
rangsangan dari luar diri manusia mengalahkan rangsangan lain dan menyainginya.
b. motive dapat membawa seseorang
terikat dalam suatu kegiatan sehingga ia dapat menemukan objek atau situasi.
c. motive dapat menimbulkan kekuatan
untuk melaksanakan pekerjaan yang lebih berat tidak hanya mendorong kearah
tujuan untuk memenuhi kebutuhan khsuus.
d.menurut K.S. Lashley
menunjukkan pahamnya yang bersifat fisiologis(badaniah) bukan
psikologis(rohaniah).
e. teori lainnya adalah menurut pandangan psikologi sosial yang
mengganggap bahwa semakin banyak pengalamannya semakin banyak dan kompleks pula
pola motivasinya dalam masyarakat.
f.teori lainnya yang cukup terkenal adalah apa yang disebut Maslow
sebagai teori kebutuhan yaitu:
a.pemenuhan kebutuhan fisiologis(jasmaniah).
b.security(keamanan)atau perlindungan.
c. hidup kemasyarakatan(sosial)
d. pengakuan
e. kepuasan[2]
D. MOTIVATIF
Motifasi adalah
daya batin atau dorongan. Motifasi merupakan tenaga kejiwaan yang dapat
membangkitkan manusia dalam perjuangan hidupnya.
1.
Juru Dakwahsebagai motifator harus mengerti bahwa motif ini muncul sebagai
latar belakang dari seluruh tingkah laku manusia yang timbul karena adanya
dorongan yang muncul setiap saat.maka tingkah laku seseorang akan melalui
tahap-tahap sebagai berikut:
d.
Adanya atau
timbulnya motif.
e.
Konflik akan
hilang kalau keputusan telah ditetapkan.
f.
Mengambil
keputusan atau menetapkan pilihan motif.
g.
Mewujudkan
tingkah laku bermotifasi.
Tugas dan tangguh jawab juru dakwah sebagai
motifator adalah
a.
Memberikan
motifasi dan dorongan-dorongan kepada sasaran untuk bertingkah laku motifatif.
b.
Senantiasa
memahami tiga factor dasar yang membentuk suatu lingkaran motifasi,
yaitu:kebutuhan, tingkah laku dan tujuan, sehingga dengan demikian dapat
memilahkan materi dakwah yang sesuai dan menerapkan metode yang memenuhi
harapan.
2.
Materi Dakwah materi
harus disajikan untuk dapat memenuhi kebutuhan rohaniahnya serta memuaskan
kehendak kejiwaannya
3.
Metode Dakwah untuk kondisi motivational yang lebih bersifat psikologis dan
sebagai alat kontrol dorongan-doronga kehendak naluria individual manusia yang
bersifat destrutif.
Kebutuhan psikis yang paling menojol pada diri manusia adalah
jaminan rasa aman dan perlindungan dari segala bentuk ancaman terhadap
integritas dan stabilitas hidupnya. [3]
E. BALASAN BESAR BAGI ORANG YANG BERDAKWAH
Allah menyediakan untuk mereka
memberi mereka pahala, kemuliaan, rahmad, dan keridhaan, baik di dunia maupun
di akhirat.
a.
Orang yang
Menyeru kepada Allah adalah Manusia yang Paling Baik Perkatannya
Dimata Allah sang maha
pencipta, mereka dianggap sebegai orang-orang yang paling baik perkataannya.
b.
Doa Nabi yang
Mulia SAW kepada Orang yang Mau Menyampaikan Sabdanya
Banyak orang yang pintar
hokum fiqih tetapi dia tidak mengamalkannya, dan banyak orang pintar yang
pintar hokum fiqih yang menggurui orang yang lebih pintar darinya. Dan hal itu
merupakan suatu kenikmatan serta kegembiraan tersendiri diakhirat nanti
c.
Pahala yang
Melimpah bagi Orang yang Berjasa Membuat Seseorang Mendapkan Petujuk Allah
Laksanakan perintah yang
telah dipercayakan kepadamu sampai kamu turun dikampung halaman mereka,kemudian
ajaklah mereka masuk agama islam, dan beritahukan kepada mereka hak-hak Allah
atas mereka. Demi Allah, jasamu terhadap seseorang yng mendapatkan petunjuk
dari Allah adalah lebih baik bagimu dari pada onta-onta yang berwarna indah.
d.
Orang yang
Menyeru itu Pahalanya Seperti Orang yang Mengikutinya
Barang siapa yag
mengajak pada suatu petunjuk, niscaya ia memperoleh pahala seperti pahala
orang-orang yang mengikuti ajakannya
tanpa sedikitpun dari pahala meraka.
e.
Allah Ta’ala,
Para Malaikat, dan Semua Makhluk yang Ada di Langit Maupun di Bumi Membacakan
Shalawat bagi Orang yang Mau Mengajarkan Kebijakan Kepada Orang Lain
Sesungguhnya Allah, para
malaikat,dan para penghuni langit dan bumi termasuk semut di liang nya serta
ikan ,smuanya membacakan shalawat bagi yang mau mengajarkan kebajikan kepada
orang lain.
f.
Walaupun Sudah
Meninggal Dunia, Pahala Masih Terus Mengalir Bagi Orang Yang Telah Berdakwah.
Pahala yang terus mengalir bagi orang yang mau berdakwah walaupun
ia sudah meninggal dunia, semua itu seharusnya mampu mendorong semangat seorang
muslim untuk berusaha menunjukan manusia kepada jalan allah. [4]
F. Asbabun Nuzul
Asbabul nuzul adalah ilmu al_quran yang
membahas mengenai latar belakang atau sebab-sebab suatu atau beberapa ayat
al-Quran diturunkan. Pada umumnya, asbabun nuzul memudahkan para mufassir untuk
menemukan tafsir dan pemahaman suatu ayat dari balik kisah diturunkan ayat itu.
Ibnu taimiyyah mengemukakan bahwa mengetahui Asbabun Nuzul suatu ayat dapat
membantu muffasir memahami makna ayat. Pengetahuan tentang Asbabun Nuzul suatu
ayat dapat memberikan dasar yang kukuh untuk menyelami makna sesuatu ayat
Al-Quran.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Hidayah merupakan modal besar yang sangat
utama bagi seorang hamba untuk mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Sedangkan
dakwah adalah ajakan atau mengajak, yakni mengajak seseorang untuk berbuat baik
atau kembali ke jalan yang benar yaitu jalan Allah SWT.
Salah satu faktor yang dapat mendorong
seorang muslim untuk melaksanakan dakwah adalah janji Allah Ta’ala, karena
Allah Ta’ala, menjanjikan akan mengangkat derajat atau kedudukan para
pendakwah. Allah menyediakan untuk para pendakwah pahala, kemuliaan, rahmat,
dan keridhaan, baik di dunia maupun di akhirat. Apabila dakwah dilakukan dengan
ikhlas karena ingin mendapat ridha Allah SWT, maka balasan bagi orang yang
berdakwah adalah pahala jariyah atau pahala yang akan terus mengalir bagi
dirinya walaupun dirinya sudah meninggal dunia.
DAFTAR PUSTAKA
Bonner, Hubbert
: “Social psychology”, An Interdisciplinary Approach”, America Book
Company, 1953.
Ruch,
Floyd L.: “Psycology and life”.Scott,
Foreman and Co, 6 th ed, 1966.
Sanford,
Fillmore: Psycology, A Scientific Study of Man”,. Wadworth Publishing Co,
Inc. Belmont, Calofornia, 1966.
Jamaluddin
Kaffie, Psikologi Dakwah, Indah,
Surabaya, 1993
Ditjen
Bimas Islam san Urusan Haji, Metodologi
Dakwah Pada Masyarakat Transmigrasi, Proyek Penerangan Bimbingan dan Dakwah
Agama Islam Pusat, 1992/3.
Dasar-Dasar
Ilmu Dakwah, M. I-II Dr. Abdul Karim Zaidan Terj. H.Masywadi Syukur Lc.Jakarta,
Pen.Media Dakwah, 1983.
Dakwah
islam dan Perubahan Sosial, Amrullah Achmad,Editor, Yogyakarta, Pen. Prima
Duta, 1983.
Pokok-Pokok
Pikiran tentang Bimbingan – Konsling dan Usaha Pengembangan Bimbingan –
Penyuluhan Masyarakat, oleh Dr.Munadir, kertas kerja pada seminar BP Agama Fak.
Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya, 1987.`
Komentar
Posting Komentar