Makalah ilmu dakwah:faktor hidayah dalam dakwah



MAKALAH
Ilmu Dakwah
FAKTOR HIDAYAH DALAM DAKWAH
Dosen Pengampu : M.Bisri Mustofa,M.Kom

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/6/68/Logo_IAIN_Raden_Intan_Bandar_Lampung.jpg

OLEH :
KELOMPOK 8
1.      DIMAS ALI MAS’UD    (1841010367)
2.      PEBRI SAPUTRA           (1841010335)
3.      PUTRI PUSPITA SARI  (1841010364)
4.      YUNITA FIRDAYANTI            (1841010368)
KELAS : E
SEMESTER : 1



Fakultas Dakwah dan Ilmukomunikasi, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam(Kpi)
Universitas Islam Negri (Uin) Bandar Lampung Jl. Letnan Kolonel  H. Endro Suratmin, Sukarame




KATA PENGANTAR
        Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita semua sebagai insan yang senantiasa ingin menyempurnakan budi pekerti dalam mencapai derajat yang tinggi disisi-Nya, karna dengan limpahan rahmad dan hidahyah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “faktor hidayah dalam dakwah”, untuk memenuhi kebutuhan mata kuliah Ilmu Dakwah.
        Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada al Mukarram Muh. M.Bisri Mustofa,M.kom. Selaku dosen pembimbing mata kuliah Ilmu Dakwah, yang sangat membantu dan memberikan bimbingan, sehingga makalah ini tersusun.
        Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan dan perlu penyempurnaan lagi. Untuk itu, kami sangat mengharapkan bantuan kritik dan saran dari semua pihak untuk menyempurnakan makalah ini


                                                                      Bandar Lampung, 24 september 2018


penyusun





DAFTAR ISI
Halaman Judul............................................................................................. 1
Kata Pengantar............................................................................................. 2
Daftar Isi...................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar belakang.................................................................................. 4
B.     Rumusan masalah............................................................................. 4
C.     Tujuan ............................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN
A.    mukadimah....................................................................................... 6
B.     faktor hidayah dalam sistem dakwah ............................................. 7
C.      motivasi terhadap tingkah laku dalam proses dakwah.................... 13
D.    Motivatif.......................................................................................... 15
E.     Balasan besar bagi orang yang berdakwah...................................... 16
F.       Asbabun Nuzul............................................................................... 16
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan..................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 20


BAB 1
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
     Dalam kehidupan inji tidak sedikitpun manusia yang akan terlepaskan dari satu bentuk kata hidayah dan dhalalah. Hidayah yang artinya adalah petunjuk sedangkan dhalalah sendiri adalah kesesatan atau penyesatan. Hidayah sudah sering terdengar oleh semua kalangan umat islam. Tidak terkecuali remaja masa kini. Disamping itu masih banyak dari kalangan umat islam yang belum memahami secara pasti hidayah itu sendiri dan bagaimana cara memperolehnya.
     Hingga sering kali kita mendengar temen ataupun kerabat kita yang sedang larut dengan kemaksiatan, dan ditanya oleh saudaranya mengapa tidak bertaubat? mengapa prilakumu masih seperti ini?. Jawaban yang mereka lontarkan sangatlah mudah “masih belum mendapat hidayah”. Jawaban ini seolah-olah mengatakan bahwa hidayah itu hak milik Tuhan yang diperuntukan kepada siapapun hambanya, baik hamba itu ahli ibadah, maupun ahli maksiat. Mereka beranggapan yang memberikan meraka petunjuk itu adalah Allah, tanpa harus ia merubah sikapnya.
B.Rumusan Masalah
1.      Apa saja faktor hidayah dalam sistem dakwah?
2.      Apa arti hidayah dan macam-macamnya?
3.      Sebutkan hidayah yang termasuk dalam berbagai kasus konversi agama?
4.      Apa hidayah dan ikhtiar dakwah itu?
C. Tujuan
1.      Untuk mengetahaui apa saja faktor hidayah dalam sistem dakwah.
2.      Agar dapat mengetahui apa itu arti hidayah dan macam-macamnya.
3.      Agar mengetahui hidayah apa sajakah yg dikatagorikan sebagai hidayah kasus koversi agama.
4.      Untuk mengetahui apa hidayah dan ikhtiar itu.



















BAB II PEMBAHASAN
A.    MUKADIMAH

            Sungguh beruntung manusia yang mendapat anugrah dari Allah, berupa hidayah iman dan Islam. Islam adalah satu-satunya agama yang diridhai oleh Allah. Alquran menyebutkanSurat Ali 'Imran Ayat 19

إنك لا تهدي من أحببت ولكن الله يهدي من يشاء وهو أعلم بالمهتدين
Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.(Q.S. Qashash :56)
Dalam Surat Allah  telah menyatakan, bahwa satu-satunya agama yang diterima di sisi-Nya hanyalah Islam. Isla adalah satu-satunya jalan yang dapat mengantarkan umat manusia menuju Tuhannya.
Syariat para nabi dan rasul bisa saja berubah, entah karena pergeseran waktu, perkembanga jaman, Namun, hakikat agama yang mereka bahwa hanyalah satu, yakni Islam. Di sini perlu kami jelaskan, bahwa maksud agama itu sendiri pada dasarnya ada 2 (dua) perkara:
1.      Menyucikan jiwa dan akal dari kepercayaan akan adanya sebuah kekuatan gaib, yang mengatur dan menguasai jagad raya itu, yaitu keimanan kepada Allah Rabbul masyriq wal maghrib, membaktikan diri, dengan senantiasa menyembah dan beribadah kepada-Nya.
2.      Membersihkan hati dan meluruskan tujuan dalam segala gerak dan upaya, serta niat yang ikhlas untuk Allah semata.                                                


B.     FAKTOR HIDAYAH DALAM SISTEM DAKWAH
         Pada tanggal 16 januari 1885, Snouck Hurgronje, orientalitas dari belanda. Islamnya hurgronje diperdebatkan banyak kalangan. Pandangan ini didasarkan pada penuturan Snouck Hurgronje sendiri dalam surat pribadinya yang ditunjukan kepada Noldeke. Menurut pendapat ini, Hurgronje sehari-hari sebagai muslim yang menjalankan shalat, puasa, dikhitan, dan menjadi penentu dari ulama di jawa barat. Karena kecerdasan keagamaannya dan pembelaannya terhadaap islam, Hurgronje mempeoleh julukan sebagai mufti Batavia, bahkan syaikh al-Islam Hindia Belanda (Abdul Djamil, 1995:58).
        Snouck Hurgronje dikenal orientalis ahli ilmu hadis dan hukum islam. Kita menjumpai banyak orientalis yang ahli tentang islam, antara lain: Ignaz Goldziher, Joseph Schacht, A.J. Wensick, dan G.H.A. Juynboll. Kita dapat membadingkan para orientalis tersebut dengan M. Alexander R. Webb, Hamilton, M. Aman Hobohm-untuk-menyebut beberapa-yang telah mendalami Islam lalu menjadi muslim.
1.      Arti Hidayah dan Macam-Macamnya
     Kata “hidayah” atau kata “al-huda” berakar dari tiga huruf asal, yaitu ha’, dal, dan ya’. Dari akar kata ini juga lahir kata “hadiyah” dalam arti “batu besar yang terdapat di laut atau sungai dan yang digunakan sebagai rambu guna menghindari bahaya”. Selain itu, ia juga dapat berarti “siang hari bolong” (M. Quraish Shihab, 2002: XXV: 275). 
 Dalam penggunaan istilah agama, hidayah telah didefinisikan oleh banyak ahli
a.       Rasyid Ridha dalam Endang Saifuddin Anshori (1986:56)
Membuat definisi hidayah sebagai petunjuk hales yang memudahkan sesuatu sampai pada tujuan.
b.      Ahmad Mushthofa al-Maraghi (1953, XIX: 73)
   Hidayah bisa berarti ajakan dan pemberian petunjuk kepada jalan

kebaikan seperti yang dilakukan Rasulullah kepada umatnya berdasarkan ketetapan Allah kepadanya, sebagaimana firmannya, “Dan sesungguhnya engkau memberi petunjuk kepada jalan yang lurus” (QS. Asy Syura: 52). Bisa juga berarti petunjuk “taufiq” yang membuka hati seseorang dengan nur-Nya, sehingga dengan demikian hati seseorang bisa hidup, seperti dalam firman-Nya: “Dan apakah orang yang sudah mati (hatinya) kemudian dia kami hidupkan dan kami berikan hidayah....” (QS. al-An’am:122).”
c.       Ibnu Katsir (1997: 1: 37)
    Mengartikan hidayah dengan memberi petunjuk (al-irsyad) dan memberi pertolongan (al-taufiq) lebih lanjut ia menjelaskan hidayah Allah secara lebih detail.
d.      Maulana Muhammad Ali (1986: 5)
     Dalam tafsir The Holy Qur’an mengatakan bahwa hidayah tidak hanya berarti menujukan jalan, melainkan berarti pula memimpin manusia pada jalan yang benar, sehingga meraka mencapai tujuan. Untuk itu manusia harus berusaha mencari penerangan dari AllAh SWT.
e.       M. Quraish Shihab (2002: 1: 63)
    Melihat makna hidayah juga dari rangkaian kalimatnya. Dengan demikian , hidayah dalam arti ini adalah petunjuk informatif bagi orang-orang yang tersesat. Maka ia berarti yang diberi petunjuk telah mengetahui jalan yang benar, sehingga ia masih diberi pentunjuk yang lebih agar sampai kepada tujuannya.
            Pendapat-pendapat para ahli tafsir diatas dapat dirangkum dalam dua pengertian hidayah. Pertama, hidayah sebagai petunjuk informatif, yaitu memberikan pemahaman tentang pesan islam. Kedua, hidayah sebagai petunjuk pembinaan.
 Dalam konteks dakwah, hidayah dalam makna pertama merupakan target utama. Pendakwah hanya memberikan pemahaman yang relevan dengan kondisi dan kebutuhan mitra dakwahnya. Dalam hal ini pendakwah bisa melakukannya, hampir tanpa interfensi Allah SWT.
            Untuk lebih mudah memahami hidayah Allah SWT, kita perlu menelaah macam-macam hidayah. Wahbah al Zuhaily (1991: 53) membagi macam-macam hidayah sebagai berikut.
            “Ada dua macam hidayah dalam AL-Qur’an yaitu hidayah umum dan hidayah khusus. Hidayah umum adalah hidayah seperti dalam firman Allah “... dan Kami telah menunjukan dua jalan” (QS. al-Balad: 9). Sedangkan hidayah khusus adalah seperti yang terdapat dalam firman Allah “Tunjuki kami jalan yang lurus” (QS. Al-fatihah: 6).
            Lebih rinci lagi al-Maraghi (1953, I: 35-36) membagi hidayah Allah kedalam lima macam yaitu:
a.       Hidayah ilham (hidayah al-ilham)
Hidayah jenis ini terbentuk sejak kita dilahirkan. Misalnya, bila dalam keadaan lapar, kita segera mencari makanan. Ulama ‘lain menyebut hidayah ini dengan hidayah gharizah (insting).
b.      Hidayah panca indra (hidayah al-hawas)
Selain dorongan insting, kita juga dituntun Allah SWT. Indra mata umpamanya berfungsi antara lain memberi petunjuk jalan yang lurus dan bengkok (QS. al-Balad: 8-10) misalnya kita baru tahu dari penglihatan kita bahwa bahaya tersebut adalah ancaman binatang buas. Ada juga yang menyebut hidayah ini dengan hidayah masya’ir.
c.       Hidayah akal (hidayah al-‘aql)
Karena akal kita sehat, kita berbeda dengan binatang. Hidayah ketiga ini lebih tinggi nilainya dari pada hidayah-hidayah sebelumnya. Hidayah ini hanya diberikan kepada manusia.
d.      Hidayah agama dan syari’at (hiyah al-adyan wa al-syarai”).
Akal kita terbatas dalam berfikir tentang makna hidup. Bila manusia menggunakan akalnya untuk berfikir lebih jauh tentang penguasa alam smesta, ia akan menemukan hanya satu Tuhan.
e.       Hidayah pertolongan (hidayah al-ma’unah wa al-taufiq).
Hidayah ini mutlak hak milik Allah SWT.. Tak satupun makhluk bisa memberikan hidayah ini (wa hadzih al-hidayh khashshah bih subhanah lam yamnahha ahadan min khalqih). Tidak sedikit umat islam yang mengetahui kewajiban shalat dan tata caranya, namun tidak banyak yang ditolong Allah SWT, untuk melaksanakannya.

Untuk mengetahui proses pencapaian hidayah taufik, para ulama memberikan komentar yang variatif. Al-Juwaini (1995: 105) mengatakan: “pertolongan Allah (taufiq) diberikan sesuai dengan tingkat ketaatan (seseorang) dan kehinaan diri (al-khad-lan) diberiakan sesuai dengan tingkat kemaksiatan. Karenanya, seseorang yang diberi taufik tidak akan melakukan pelanggaran agama karena tidak ada kekuatan ke arah itu”.
        Sepadan dengan pendapat al-Juawaini, Ibnu Qayyim al-Jaujiyah (1993: 66) mengatakan bahwa Allah SWT. Mengaitkan hidayah dengan kesungguhan (jihad) hamba-Nya. Manusia yang paling sempurna hidayahnya adalah orang yang paling besar kesungguhannya. Kesungguhan yang lebih diwajibkan adalah kesungguhan melawan egois (jihad al-nafs), kesungguhan melawan hawa nafsu (jihad al-hawa), kesungguhan melawan setan (jihad al-syaithan), dan kesungguhan melawan dunia (jihad al-dunya). Maka ia akan ditunjukan oleh Allah SWT. Kepada jalan surga. Allah SWT berfirman:
وَالَّذِينَجَاهَدُوافِينَالَنَهْدِيَنَّهُمْسُبُلَنَاۚوَإِنَّاللَّهَلَمَعَالْمُحْسِنِينَ




Dan orang-orang yang berjihad (bersungguh-sungguh) untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan kami tunjukan kepada mereka jalan-jalan kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang orang yang berbuat baik (QS. al-Ankabut: 69)
   Banyak ayat Al-Qur’an yang menjelaskan bahwa segala petunjuk dan kesesatan merupakan kehendak Allah SWT. Setiap manusia yang bersungguh-sungguh untuk berubah menjadi baik dan selalu memohon pertolongan Allah SWT. (Adm al-karim al-baghdadi, 1990: 248-249). Allah SWT, telah menentukan dua jalan, yaitu jalan yang benar dan jalan yang salah (sesat). Dakwah hanya mengubah pemahaman yang salah kepada yang benar. Dakwah juga mewujudkan perubahan dari lingkungan yang salah menjadi lingkungan yang salah menjadi lingkungan yang benar setelah itu, mitra dakwah sesudah memahami pesan dakwah dari kebebasan untuk mengikuti islam atau meninggalkannya.
Dengan mengetahui peranan hidayah dalam islam, kita dapat memahami makna kebebasan dalam dakwah. Pendakwah mendorong mitra dakwah melalui kreasi pesan dekwah (al-da’wah bi al-maqal wa al-kitabah) dan kreasi lingkungan (al-da’wah bi al-hal)tanpa ada pikiran yang baik pada islam, sulit hidayah Allah SWT. Menembus dalam sanubari mereka. Kita diingatkan Allah SWT. “Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka. Kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman”. (QS. al-Baqarah:6).
Sama saja bagi mereka, kamu mintakan ampunan atau tidak kamu mintakan ampunan bagi meraka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (QS. al-Munafiqun: 6)
 Seorang sahabat Nabi SAW., ‘Amr bin ‘Abasah al-Salami ia mendapatkan pesan dakwah yang mengesankan (kreasi pesan dakwah). Ia mengesahkan keislamannya sebagai berikut.
Pada masa Jahiliah, aku benci dengan tuhan tuhan kaumku. Aku pikir, itu adalah tuhan yang salah. Penyembahan mereka pada batu-batu tidak memberikan kerugian dan keuntungan (Muslim, 1988: 1: 366: nomer 822)
2.      Hidayah dalam Berbagai Kasus Koversi Agama
     Koversi agama tidak hanya terjadi pada Snouk Hurgrounje sebegai mna dijelaskan sebelumnya. Konversi bisa berupa perpindahan seseorang dan satu agama ke agama lain atau perubahan sikap dan perilaku keagamaan dalam satu agama.
      Hasan Al-Bashri (w. 642 H), Ibrahim bin Adham (w. 782 H), dan beberapa sufi lainnya adalah contoh orang-orang muslim yang mengalami konversi dengan hidayah Allah SWT. Dari sikap cinta kemewahan hidup berubah seoenuhnya meninggalkan kemewahan tersebut sejarah dakwah islam dijaman Nabi Muhammad SAW. Antara lain dialami oleh Khadijah binti Khauwailid, istri nabi Muhammad SAW. (golongan wanita), Ali bin Abi Thalib (golongan anak-anak), dan Abu bakar As Shiddiq (golongan remaja) (Haikal, 1974: 92-93)
            Hidayah agama kadang kala bisa dijelaskan secara rasional dan kadang kala irasional. Bahkan kadang-kadang orang yang menerima hidayah sendiri tidak bisa menjelaskan secara logis. Beberapa kasus konversi berikut (Robithah Alam islami, 1979: 42-124) menarik untuk dipelajari dari perspektif hidayah:
Prof dr. Abdul Ahmad Dawud B. D. bekas pendeta pada David Bangamni. Kaidani, Iran, menjelaskan proses konversinya sebagai berikut: “Saya tidak bisa menghubungkan sebab-sebab saya masuk islam, kecuali pada petunjuk Allah Rabbul Alamin.
a.       Mantan pendeta gereja Iran, Sir Charles Edward Archibald Watkin Hamilton, negerawan Inggris yang berganti nama Sir Abdullah Archibald Hamilton setelah menjadi muslim menjelaskan konversinya lebih rasional: “Islam itu adalah agama yang memberikan kekuatan kepada orang-orang yang lemah dan memberikan rasa kecukupan kepada orang-orang miskin.
b.      Moh. Alexander Rusel Wabb, diplomat, pengarang dan wartawan. Menjelaskan bahwa hidayah Allah SWT “Saya masuk islam bukan hasil pemikiran dan perasaan yang salah, bukan turut-turutan buta dan emosi. Akan tetapi adalah hasil penelitian dan pelajaran yang sungguh-sungguh, jujur, tekun dan bebas serta keinginan yang sungguh-sungguh untuk mengetahahui kebenaran.

3.      Hidayah dan Ikhtiar Dakwah
Dakwah dengan  berbagai komponennya merupakan ikhtiar manusia untuk memberikan pemahaman tentang ajaran Islam. Menurut kaidah umum, jika suatu usaha untuk mencapai suatu tujuan dengan menggunakan pendekatan dan metode yang tepat, maka tujuan itu akan tercapai.
Dari lima macam hidayah yang dikemukakan oleh Syekh Ahmad Mustafa Al-Maraghi bahwa dengan hidayah ilham (insting), hidayah hawas (pancaindra), hidayah aqli (akal). Oleh karena itu, Allah menurunkan para rasul dan memberikan hidayah yaitu hidayah agama dan syari’at (hidayah al-adyan wa al-syara’i).
Pendakwah hanya bertugas menyapaikan ajaran Allah SWT. Allah SWT berfirman: “Kemudian jika mereka mendebat kamu (tentang kebenaran Islam), maka katakanlah: “Aku menyerahkan diriku kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku”. Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Alkitab dan kepada orang-orang yang ummi: ”Apakah kamu (mau) masuk Islam”. Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanya menyampaikan (ayat-ayat Allah). Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya (QS. Ali Imran: 20) 
Pendakwah tidak boleh serta merta mengatakan bahwa kegagalan itu disebabkan Allah SWT.’(QS. ar-Ra’d’11).
Menurut teri komunikasi, apabila komunikator (pendakwah) tidak berhasil mencapai sasaran atau tujuan yang telah direncanakan, maka komunikan (mitra dakwah) tidak dapat disalahkan.[1]

C. Motivasi Terhadap Tingkah Laku Dalam Proses Dakwah
Motto:
”Permudahkankah Dan Jangan Kamu Persulit,Gembirakanlah Dan Jangan Kamu Mengatakan Sesuatu Yang Menyebabkan Ia Lari Dari Padamu”. ( Hadits )
Pesan ini mengandung nilai motivatif dan persuasif  terhadap orang lain tentang kebenaran yang disampaikan padanya.
Hubert bonner menyatakan bahwa motivasi adalah secara fundamental bersifat dinamis yang melukiskan ciri-ciri tingkah laku manusia yang terarah kepada tujuan. Dalam motivasi ini terkandung suatu dorongan dinamis yang mendasari segala tingkah laku individual manusia.
Bilamana terdapat rintangan-rintangan yang menghalangi pencapaian tujuan yang diinginkan, dengan motivasi itu seseorang melipatgandakan usahanya untuk mengatasinya dan berusaha mencapai tujuan itu. Ia merasa terdorong untuk itu sampai ia berhasil atau gagal mencapainya, ia tetap berusaha untuk mencapai tujuannya.
Motivasi ini merupakan tenaga kejiwaan yang dapat membangkitkan manusia dalam perjuangan hidupnya.
Para ahli psikologi memberikan pengertian sebagai berikut:
a.       Sigmund freud mengartikan dorongan insting untuk hidup mendorongnya untuk mencintai dan mencipta, sedang dorongan insting untuk mati mendorong manusia untuk membenci dan menghancurkan. Dengan pengertian tersebut maka motivasi diartikan sebagai “dorongan naluriah” baik bersifat negatif maupun positif,baik bersifat kostruktif maupun destruktif.
b.      Fillmore H. sandford mengartikan suatu kondisi yang menggerakkkan suatu makhluk yang mengarahkannya kepada suatu tujuan beberapa tujuan dari tingkat tertentu.

Menurut H.bonner, dorongan yang disebut motive itu menjadi penentu bagi tingkah laku manusia dalam dua cara yakni:
1.      Ia menjadi pengubah dan penyalur drive karena adanya harapan masyarakat.
2.      Ia merupakan kebutuhan sekunder untuk mencapai tujuan yang ditetapkan secara kultural dan secara individual.                                                                         
Pengaruh motivasi terhadap perilaku manusia antara lain:
c.       Menurut Floyd L. ruch, motivasi itu sangat kompleks dan dapat mempengaruhi perilaku manusia dalam 3 cara yakni:

a.Motive dapat memungkinkan pola rangsangan dari luar diri manusia mengalahkan rangsangan lain dan menyainginya.
b. motive dapat membawa seseorang terikat dalam suatu kegiatan sehingga ia dapat menemukan objek atau situasi.
c. motive dapat menimbulkan kekuatan untuk melaksanakan pekerjaan yang lebih berat tidak hanya mendorong kearah tujuan untuk memenuhi kebutuhan khsuus.
d.menurut  K.S. Lashley menunjukkan pahamnya yang bersifat fisiologis(badaniah) bukan psikologis(rohaniah).
e. teori lainnya adalah menurut pandangan psikologi sosial yang mengganggap bahwa semakin banyak pengalamannya semakin banyak dan kompleks pula pola motivasinya dalam masyarakat.
f.teori lainnya yang cukup terkenal adalah apa yang disebut Maslow sebagai teori kebutuhan yaitu:
a.pemenuhan kebutuhan fisiologis(jasmaniah).
b.security(keamanan)atau perlindungan.
c. hidup kemasyarakatan(sosial)
d. pengakuan
e. kepuasan[2]
D. MOTIVATIF
            Motifasi adalah daya batin atau dorongan. Motifasi merupakan tenaga kejiwaan yang dapat membangkitkan manusia dalam perjuangan hidupnya.
1.      Juru Dakwahsebagai motifator harus mengerti bahwa motif ini muncul sebagai latar belakang dari seluruh tingkah laku manusia yang timbul karena adanya dorongan yang muncul setiap saat.maka tingkah laku seseorang akan melalui tahap-tahap sebagai berikut:
d.      Adanya atau timbulnya motif.
e.       Konflik akan hilang kalau keputusan telah ditetapkan.
f.       Mengambil keputusan atau menetapkan pilihan motif.
g.      Mewujudkan tingkah laku bermotifasi.
Tugas  dan tangguh jawab juru dakwah sebagai motifator adalah
a.       Memberikan motifasi dan dorongan-dorongan kepada sasaran untuk bertingkah laku motifatif.
b.      Senantiasa memahami tiga factor dasar yang membentuk suatu lingkaran motifasi, yaitu:kebutuhan, tingkah laku dan tujuan, sehingga dengan demikian dapat memilahkan materi dakwah yang sesuai dan menerapkan metode yang memenuhi harapan.
2.      Materi Dakwah materi harus disajikan untuk dapat memenuhi kebutuhan rohaniahnya serta memuaskan kehendak kejiwaannya
3.      Metode Dakwah untuk kondisi motivational yang lebih bersifat psikologis dan sebagai alat kontrol dorongan-doronga kehendak naluria individual manusia yang bersifat destrutif.

Kebutuhan psikis yang paling menojol pada diri manusia adalah jaminan rasa aman dan perlindungan dari segala bentuk ancaman terhadap integritas dan stabilitas hidupnya.   [3]

E. BALASAN BESAR BAGI ORANG YANG BERDAKWAH
            Allah menyediakan untuk mereka memberi mereka pahala, kemuliaan, rahmad, dan keridhaan, baik di dunia maupun di akhirat.
a.       Orang yang Menyeru kepada Allah adalah Manusia yang Paling Baik Perkatannya
   Dimata Allah sang maha pencipta, mereka dianggap sebegai orang-orang yang paling baik perkataannya.
b.      Doa Nabi yang Mulia SAW kepada Orang yang Mau Menyampaikan Sabdanya
    Banyak orang yang pintar hokum fiqih tetapi dia tidak mengamalkannya, dan banyak orang pintar yang pintar hokum fiqih yang menggurui orang yang lebih pintar darinya. Dan hal itu merupakan suatu kenikmatan serta kegembiraan tersendiri diakhirat nanti
c.       Pahala yang Melimpah bagi Orang yang Berjasa Membuat Seseorang Mendapkan Petujuk Allah
     Laksanakan perintah yang telah dipercayakan kepadamu sampai kamu turun dikampung halaman mereka,kemudian ajaklah mereka masuk agama islam, dan beritahukan kepada mereka hak-hak Allah atas mereka. Demi Allah, jasamu terhadap seseorang yng mendapatkan petunjuk dari Allah adalah lebih baik bagimu dari pada onta-onta yang berwarna indah.
d.      Orang yang Menyeru itu Pahalanya Seperti Orang yang Mengikutinya
     Barang siapa yag mengajak pada suatu petunjuk, niscaya ia memperoleh pahala seperti pahala orang-orang yang mengikuti  ajakannya tanpa sedikitpun dari pahala meraka.
e.       Allah Ta’ala, Para Malaikat, dan Semua Makhluk yang Ada di Langit Maupun di Bumi Membacakan Shalawat bagi Orang yang Mau Mengajarkan Kebijakan Kepada Orang Lain
     Sesungguhnya Allah, para malaikat,dan para penghuni langit dan bumi termasuk semut di liang nya serta ikan ,smuanya membacakan shalawat bagi yang mau mengajarkan kebajikan kepada orang lain.
f.       Walaupun Sudah Meninggal Dunia, Pahala Masih Terus Mengalir Bagi Orang Yang Telah Berdakwah.
Pahala yang terus mengalir bagi orang yang mau berdakwah walaupun ia sudah meninggal dunia, semua itu seharusnya mampu mendorong semangat seorang muslim untuk berusaha menunjukan manusia kepada jalan allah.                  [4]
F. Asbabun Nuzul
Asbabul nuzul adalah ilmu al_quran yang membahas mengenai latar belakang atau sebab-sebab suatu atau beberapa ayat al-Quran diturunkan. Pada umumnya, asbabun nuzul memudahkan para mufassir untuk menemukan tafsir dan pemahaman suatu ayat dari balik kisah diturunkan ayat itu. Ibnu taimiyyah mengemukakan bahwa mengetahui Asbabun Nuzul suatu ayat dapat membantu muffasir memahami makna ayat. Pengetahuan tentang Asbabun Nuzul suatu ayat dapat memberikan dasar yang kukuh untuk menyelami makna sesuatu ayat Al-Quran.














BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan

Hidayah merupakan modal besar yang sangat utama bagi seorang hamba untuk mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Sedangkan dakwah adalah ajakan atau mengajak, yakni mengajak seseorang untuk berbuat baik atau kembali ke jalan yang benar yaitu jalan Allah SWT.
Salah satu faktor yang dapat mendorong seorang muslim untuk melaksanakan dakwah adalah janji Allah Ta’ala, karena Allah Ta’ala, menjanjikan akan mengangkat derajat atau kedudukan para pendakwah. Allah menyediakan untuk para pendakwah pahala, kemuliaan, rahmat, dan keridhaan, baik di dunia maupun di akhirat. Apabila dakwah dilakukan dengan ikhlas karena ingin mendapat ridha Allah SWT, maka balasan bagi orang yang berdakwah adalah pahala jariyah atau pahala yang akan terus mengalir bagi dirinya walaupun dirinya sudah meninggal dunia.






















DAFTAR PUSTAKA

Bonner,  Hubbert  :  “Social psychology”, An Interdisciplinary Approach”, America Book Company, 1953.

Ruch, Floyd L.: “Psycology and life”.Scott, Foreman and Co, 6 th ed, 1966.

Sanford, Fillmore:  Psycology, A Scientific Study of Man”,. Wadworth Publishing Co, Inc. Belmont, Calofornia, 1966.

Jamaluddin Kaffie, Psikologi Dakwah, Indah, Surabaya, 1993

Ditjen Bimas Islam san Urusan Haji, Metodologi Dakwah Pada Masyarakat Transmigrasi, Proyek Penerangan Bimbingan dan Dakwah Agama Islam Pusat, 1992/3.

Dasar-Dasar Ilmu Dakwah, M. I-II Dr. Abdul Karim Zaidan Terj. H.Masywadi Syukur Lc.Jakarta, Pen.Media Dakwah, 1983.

Dakwah islam dan Perubahan Sosial, Amrullah Achmad,Editor, Yogyakarta, Pen. Prima Duta, 1983.

Pokok-Pokok Pikiran tentang Bimbingan – Konsling dan Usaha Pengembangan Bimbingan – Penyuluhan Masyarakat, oleh Dr.Munadir, kertas kerja pada seminar BP Agama Fak. Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya, 1987.`












[1]Prof. Dr. Moh Ali Aziz, M.ag “Ilmu Dakwah”.
[2]Psychology A scientific study of Man, Fillmore H. Sandford, hal. 213
[3]Psikologi Dakwah, Jamaluddin Kaffie, 1993
[4]Tafsir Al-Qasimi, XIV/273. Lihat pula, At-Tafsir Al-Kabir, XXXVII/124

Komentar